Minggu, 03 Juni 2012

Pulau Tikus Rusak Tercemar "Emas Hitam"

BENGKULU--MICOM: Pulau Tikus yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, telah tercemar limbah dari batu bara akibat aktifitas bongkar muat "emas hitam" itu.
Seharusnya, aktifitas bongkar muat batu bara dapat dilakukan di pelabuhan Pulau Baai, sehingga limbah muat batu bara itu tidak merusak terumbu karang dan lingkungan Pulau Tikus. Sebelumnya, Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan saat meresmikan pengerukan itu mengatakan, bahwa pelabuhan Pulau Baai bisa dimasuki kapal berbobot 40.000 ton dan tidak ada lagi kegiatan muat di tengah laut seperti di Pulau Tikus.

Dari pantauan Media Indonesia di Pulau Tikus, Minggu (3/6), banyaknya aktifitas bongkar muat yang dilakukan di Pulau Tikus, menjadikan bagian wilayah kecamatan Teluk Segara, terancam tenggelam.
Batu bara yang diangkut menggunakan kapal-kapal tongkang dari pelabuhan Pulau Baai menuju Pulau Tikus kemudian dimuat ke kapal berukuran besar yang sudah menunggu hingga berminggu-minggu.
Ketika batu bara dimuat, terjadi tumpahan yang langsung masuk menutupi terumbu karang sehingga dasar pulau sudah terlihat menghitam.
Setiap bulannya kapal yang merapat di Pelabuhan Pulau Baii mencapai 130 unit, jika per harinya mencapai 3-4 kapal yang bersandar di pelabuhan khusus kapal pengangkut CPO, bahan bangunan, dan pupuk.

Pelaksana Tugas Gubernur Bengkulu Junaidi Hamsyah mengatakan aktifitas bongkar muat batu bara di Pulau Tikus harus segera dihentikan dan harus dilakukan di pelabuhan Pulau Baai karena akan merusak terumbuh karang serta ekosistemnya.
"Bongkar muat batu bara di Pulau Tikus harus dihentikan karena aktifitas tersebut sudah berlangsung cukup lama ketika alur pulau Baai mengalami pendangkalan," katanya.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu sudah mengusulkan ke Kementerian Perhubungan mencabut izin sandar kapal di Pulau Tikus untuk melindungi habitat terumbu karang di wilayah itu.
Sebelumnya, Kepala Tata Usaha BKSDA Bengkulu Supartono mengatakan, sudah hampir tiga tahun kapal-kapal besar memuat batu bara di sekitar Pulau Tikus, sehingga terumbu karang rusak akibat tertimbun limbah batu bara.

"BKSDA akan berkoordinasi dengan Pelindo II Cabang Bengkulu, supaya kapal-kapal besar bertambat di sekitar Pulau Tikus itu masuk ke kawasan pelabuhan karena alur pelabuhan sudah dikeruk mencapai minus 10 meter air pasang terendah (LWS)," katanya. (MY/X-13) .

Sumber: mediaindonesia.com, Tanah Air (Sumatra).
Penulis : Marliyansah, Minggu, 03 Juni 2012.

(Bihis)

1 komentar: