Senin, 22 April 2013

Pernyataaan Pers AKSI BERSAMA HARI BUMI 22 April 2013.

Photo Aripin:  
Jakarta- Selamatkan Bumi untuk Keselamatan Manusia;
Selamatkan Bumi dari Koorporasi dan Pemerintah Perusak Lingkungan Persoalan lingkungan hidup dewasa ini sudah sangat mendesak untuk ditanggulangi. Kualitas lingkungan hidup semakin hari semakin memburuk.

  "Selama 150 tahun, jumlah korban yang ada di atmofir telah meningkat 50%, dari 280 ppm menjadi 393 ppm. Dan dampaknya, khususnya abad terakhir, telah mencatat peningkatan suhu global,

kehancuran glasier dan lapisan es, perluasan gurun dan berbagai peristiwa cuaca ekstrem. Fenomena perubahan iklim akibat pemanasan global disebabkan oleh pengkrusakan hutan dan eksploitasi bumi untuk bahan bakar fosil yang dikeruk (ditambang) demi profit, pencemaran air-tanah-udara akibat limbah, kekeringan dan berbagai bencana alam hingga perusahaan pola konsumsi serta pola hidup manusia, adalah contoh yang dekat didepan mata kita.

  "Semenjak perut bumi Indonesia dikeruk untuk kepentingan akumulasi modal dan keuntungan, selama itu pula hasilnya diangkut ke luar negeri. Rakyat hanya mendapatkan ampasnya saja dan diwarisi racun tambang berton-ton jumlahnya, di darat, laut maupun udara. Tak hanya itu saja, industri pertambangan, pada khususnya, telah merampas wilayah hidup, menghapuskan mimpi dan cita-cita generasi masa depan, hingga contoh merenggut jutaan nyawa manusia secara langsung maupun tidak langsung.



  "Aktor Perusak Lingkungan.

  "Pada Hari Bumi ini, kami mendatangi PT. Freeport sebagai symbol kapital paling besar dan paling merusak dari semua kekuatan korporasi di bumi Indonesia. Freeport sekaligus wujud kooptasi korupsi paling nyata terhadap pemerintah bahkan Negara. Kontrak Freeport telah diperpanjang 30 tahun sejak tahun 1991, dan hendak diperpanjang lagi hingga 2041 mendatang. PT. Freeport Indonesia, perusahaan yang terdaftar sebagai salah satu perusahaan multinasional terburuk tahun 2006, adalah potret nyata sektor pertambangan Indonesia.

  "Keuntungan ekonomi yang dibayangkan tidak seperti yang dijanjikan, sebaliknya kondisi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi pertambangan terus memburuk dan menuai protes akibat berbagai pelanggaran hukum dan HAM dampak lingkungan serta pemiskinan masyarakat emas dan tembaga Freeport tidak ada hubungannya dengan peningkatan kesejahteraan rakyat Papua. Papua tetap propinsi termiskin di Indonesia,
dengan tingkat resiko penyakit dan kematian tertinggi, dan kekerasan oleh tentara yang terbanyak di seluruh wilayah Indonesia-telah 100.000 kematian rakyat sejak Freeport dioperasikan.

  "Setiap hari operasi penambangan Freeport membuang 230.000 ton limbah batu ke sungai Aghawangon dan sungai –sungai disekitarnya. Pengeringan batuan asam-atau pembuangan air yang mengandung asam-sebanyak 360.000-510.000 ton per hari telah merusak dua lembah yang meliputi 4 mil (6,5km) hingga kedalaman 300 meter. Cadangan Grasberg sebegitu besarnya hingga eksplorasinya akan menghasilkan 6 miliar ton limbah industri. Kejahatan korporasi lainnya yang tidak tersentuh oleh hukum Indonesia adalah PT. Newmont, yang telah mengusir masyarakat Buyat, dan PT. Lapindo Brantas, yang telah 7 (tujuh) tahun membanjiri dan melumpuhkan ekonomi, social dan budaya rakyat Sidoarjo.

  "Kedua korporasi ini contoh paling popular bagaimana fakta hukum dapat dipermainkan. Setali tiga uang, pemerintah sebagai pelaksana kebijakan justru membiarkan dan berpihak kepada pelaku kejahatan. Ditahun 2012, aktor perusak lingkungan hidup tertinggi terutama adalah perusahaan di sektor pertambangan (penyebab 70% kerusakan lingkungan) dan perkebunan, disusul oleh pemerintah yang mengeluarkan izin konsesi pertambangan dan pengusahaan hutan yang meakin gila-gilaan sejak otonomi daerah (bisa ratusan per propinsi setiap bulan).

  "Ketiga perusak terbesar tentu saja kombinasi perusahaan dan pemerintah. Hingga tahun 2013 telah terdapat 2686 Ijin Usaha Pertambangan (IUP) yang membabat jutaan hectare pohon dan mengeruk jutaan ton tanah untuk ekstraksi bahan galian. Dan hasilnya: 40 orang terkaya di Indonesia sebagian besar bergerak di bisnis pengeruk sumber daya alam, dengan asset US$ 71 Milyar.

  "Kriminalisasi Rakyat.

  "Sejak 2004 hingga 2012, terjadi 618 konflik agraria di seluruh wilayah Republik Indonesia meliputi luas areal konflik 2.399.314,49 hektar, dilami oleh 731.342 Keluarga (KPA). Di tahun 2012 tak kurang dari 200 aksi protes rakyat terhadap kegiatan pertambangan di seluruh Indonesia. Tindakan kekerasan aparat negara terhadap petani dan masyarakat adat telah mengakibatkan 941 orang ditahan , 396 mengalami luka-luka, 63 orang diantaranya mengalami luka tembak, 44 orang meninggal.

  "Atas Landasan ini maka kami dalam aksi Bersama HARI Bumi 2013 menyatakan;
• Freeport adalah aktor perusak lingkungan ; usir dan sita asset-asetnya untuk

rakyat.
• Bakrie & Lapindo harus bertanggung jawab terhadap kerusakan alam dan
kerugian ekonomi, social dan budaya rakyat Sidoarjo.
• Moratorium izin pertambangan di seluruh Indonesia sebelum ada penetapan Wilayah Pertambangan yang melibatkan rakyat.
• Lawan MP3EI, Cabut UU Minerba No. 9/2009, UU Penanaman Modal Asing No.25/2007,UU Pengadaan Tanah No.02/2012.
• Bebaskan tanpa syarat semua rakyat yang menjadi korban kriminalisasi pertambangan.
• Selamatkan Bumi dari Korporasi dan Pemerintah perusak lingkungan.
• BANGUN konsolidasi perlawanan nasional terhadap keserakahan tambang.

  "Aksi Bersama HARI Bumi 22 APRIL 2013.

• Nasional Papua Solidarity (NAPAS) * Jaringan Advokasi Tambang (JATAM)
* Perempuan Mahardika * Pusat Pergerakan Mahasiswa untuk Pembebasan Nasional (PEMBEBASAN)
* Serikat Rakyat Miskin (SRMI) * Partai Pembebasan Rakyat (PPR) * Persatuan Perjuangan Indonesia (PPI) * KPO-Perjuangan Rakyat Pekerja (KPO-PRP) * Papua Voice, Sindikat Musik Anak

Negeri (SIMPONI) * Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) * Koalisi

Rakyat untuk Hak Atas Air (KruHA).


kontak Person:
Lili: 08158946404


Harris: 081287692113
(Bihis)

1 komentar:

  1. Munurut saya terlalu lebay :D
    Jangan Lupa Mampir ke Blog Sederhana saya..

    Salam Blogwalking.. :D

    BalasHapus