Senin, 26 Maret 2012

15 Tahun Dipasung, Hidup Berselimut Terpal.

Harianrakyatbengkulu, Mar 21st, 2012.

AIR PADANG – Rupanya tak hanya warga Desa Rama Agung Arga Makmur yang harus dipasung karena penyakit jiwa. Hal serupa juga dialami Syahwandi (35) warga Desa Padanga Kala Kecamatan Air Padang. Nasibnya lebih miris lagi,
hampir separuh umurnya atau selama 15 tahun hidup dalam pemasungan. Berikut laporannya.

SIAPA yang tak miris dengan kondisi Syahwandi. hidupnya tak seperti manusia pada umumnya. Akibat gangguan kejiwaan yang dideritanya, ia harus menghabiskan hari-hari di atas tanah selebar 1,5 X 1 m yang ditutup terpal.


Tubuhnya yang kurus semakin memprihatinkan. Saat melihat ke arah bawah, kaki lelaki yang pernah menikah ini sudah terpasung dengan kayu balok yang membuatnya hanya bisa duduk dan tidur di tanah tersebut.

Saat dikunjungi RB ia nampak tengah tertidur, tanpa fasilitas apapun hanya beralas tanah dan selembar terpal lain yang dijadikan selimut. Sekitar 1 M disampingnya terdapat lubang kecil sebagai tempat membuang kotorannya.

Kedatangan RB sama sekali tak membuatnya takut, didampingi sang ibu Haziba (76) ia seolah mengerti dan duduk menatap ketika kamera RB mengarah ke mukanya. Baru sekitar 5 menit berada di dekatnya, Syahwandi menunjukan tanda-tanda kalau dirinya mulai terusik.

Berbagai omelan menujukan ia mulai marah. Meskipun keluarga besarnya tak mengambil pusing hal tersebut. Maklum, sehari-hari seperti itulah tingkah yang diperlihat Syahwandi. Selain keluarga, nyaris tak ada masyarakat yang berani mendekat takut menjadi korban kemarahannya meski disadari, kalau pria itu tak mampu berbuat banyak dengan kaki terpasung.

Anak ketujuh dari sembilan bersaudara disebut sang ibu, Haziba mulai menujukan gejala kelaianan jiwa pascamenikah umur 20 tahun. Sejak itu, emosi Syahwandi seolah tak terkontrol, bahkan beberapa kali ia nyaris berkelahi dan hendak melukai korbannya. Saat itulah keluarga yakin jika dirinya menderita kelaian jiwa.

“Anak saya ini sering marah-marah sendiri, tidak jelas maksud dan siapa yang dimarahinya. Karena takut mencelakai orang lain, makanya kami memilih memasungnya,” kata Haziba.

Kondisi diperparah setelah sang istri yang awalnya setia mendampingi mulai pergi tak tahan dengan kondisi tersebut. Sejak itu, kondisi kejiwaan Syahwandi makin tak normal. Jika sebelumnya keluarga sempat beberapa kali melepaskan pasungan karena terlihat sehat, sejak ditinggal sang istri, pemasungan seakan sudah menjadi takdir hidupnya hingga saat ini. “Untungnya anak saya ini belum punya anak,” ujarnya.

Praktis hanya sang ayah yang bisa menenangkan Syahwandi. Terkadang sang ayah yang pilu dengan kondisinya sesekali melepaskan pasungan. Namun sang ayah tak berada jauh darinya, takut jika Syahwandi kabur dan mencelakai orang lain.

“10 tahun lalu, bapaknya sudah meninggal. Sejak itu sudah tidak pernah lagi dilepas pasungannya, tidak ada yang berani,” ujarnya seolah tak iklas melihat sang anak.

Sebagai seorang ibu Habiza tentunya tak tahan melihat sang anak yang kini terpasung. Dalam angannya mengimpikan sang anak mendapatkan pengobatan layak dan bukan terpasung duduk dan tidur di lantai tanah. Bahkan, sang ibu hanya dengan sabar membersihkan serta memasndikannya sembari terkadang tak mampu menahan sakit.

“Jangan ditanya mau berobat atau tidak dek, sudah sangat ingin saya berobat. Kalau ada yang mau membantu, saya sangat berterimakasih,” ujarnya.

Himpitan ekonomi membuatnya hanya bisa pasrah dengan kondisi Syahwandi. Berada di ibukota Kecamatan dan hanya berjarak sekitar 1 KM dari Kantor Camat Air Padang dan tak jauh dari Puskesmas tak sertamerta membuatnya menjadi perhatian dan mendapatkan pengobatan layak.

“Kami sudah pernah mendengar adanya bantuan dari pemerintah, tapi kami tidak tahu bagaimana cara mendapatkannya. Selama ini kami hanya pasrah saja,” katanya sembari termenung.

Ia berharap, adanya bantuan dari panti sosial seperti yang pernah didapatkan warga Desa Rama Agung Arga Makmur untuk program pasung. Ia sekeluarga mengaku sangat senang jika ada pejabat terkait yang memberikan perhatian dan pengobatan pada Syahwandi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar