Selasa, 29 Januari 2013

BAHAYA TAMBANG TERHADAP AIR TANAH.

Air tanah dan mata air terjadi akibat adanya kejenuhan tanah pada kedalaman tertentu oleh air hujan. Air hujan yang jatuh akan menbasahi tanah dan setelah permukaan tanah kenyang air lalu air hujan mengalir menurut ketinggian.
Pada bagian tanah tertentu yang daya tampung airnya tinggi akan berkumpul sampai sangat kenyang (super jenuh) lalu tebentuk aliran "laminar" air melalui lapisan tanah dan si ujung lapisan tesebut apabila ada hambatan, kan keluar sebagai mata air. Namun keluarnya mata air ini bergantung kepada daya tangkap air hujan, kemampuan penyerapan air dan gangguan permukaan seperti tambang.

  1. Daya tangkap air hujan.

  "Taruhlah sebuah gelas dan sebuah ember di luar saat hujan turun. Manakah yg menampung air lebih banyak? Tentu ember. Mengapa karena luas dan kapasitasnya lebih besar dari gelas. Demikian pula dayabtangkap air oleh pulau. Katakan saja pulau kalimantan adalah ember dan pulau sumba adalah gelas. Jelas di sini bahwa daya tangkap air hujan pulau Sumba sangat rendah dan itulah sebabnya pulau sumba selalu kekurangan air. Belum lagi curah hujan yang rendah di kawasan NTT.
2. Penyerapan air bergantung kepada topografi dan tebalnya lapisan tanah yg menyerap air.
  "Kasus Sumba Tengah (dan mirip bagian Sumba yang lain), hampir 50% daratan Sumba tenagah adalah gunung dan bukit dengan kemiringan hampir 50 derajat. (lihat website sumba tengah).
Artinya apa? Untuk mengerti ini lihatlah kemiringan atap rumah dan yang paling mendekati adalah atap genteng. Adalah ketentuan teknik bahwa atap genteng harus memiliki kemiringan minimum 30 derajat agar air tidak balik dan genteng bocor. Kalau kemiringan 50 derajat mungkin mirip gereja atap tinggi. Atap demikian, genteng berlubang pun dijamin tidak bocor.

  "Kembali ke topografi gunung. Kalau kemiringan gunung lebih besar dari 30 derajat, maka air hukan tadi akan langsung mengalir ke tempat rendah tanpa penyerapan air. Karena itu gunung sering kering dan tandus. Artinya topografi pegungungan sangat miskin penyerapan keculi ada hutan yg menahan air.
Kemudian selain kemiringan, walau pun permukaan yg kemiringan rendah (di bawah 30 derajat) ada faktor ketebalan lapisan tanah. Kasus sumba tengah bagian utara tanahnya tipis dan di bawahnya batu. Keadaan ini memperparah kemampuan datran Sumba tengah menyerap air dan menghasilkan mata air yg banyak dan besar.
3. Gangguan tambang.
Yang membuat kehidupan dan adanya mata air di beberapa tempat di Sumba saat ini karena masih ada bagian2 tertentu yg menahan menyerap air. Misalnya hutan dan dataran bertanah tebal. Juga kebetulan aliran air dari mana-mana yaitu bagian yg sulit menyerap air menuju ke daerah atau lokasi/ titik yg menyerap air.
Juka sekarang dibuat tambang seluas 30.000 ha sengan kedalaman 100 m saja maka aliran air hujan yg tdk sempat menyerap tadi akan menuju ke lubang tambang. Belum lagi pemkaia air tanah yg sanagt besar utk operasi tambang akan membuat sekitar kering dan air akan berubah jakur.

  "Akibatnya, tidak ada lagi air yg menuju tempat/titik yg daya serap tinggi dan membuat mata air yang ada atau lapisan tanah yg selama ini cepat jenuh akan kekurangan air dan tidak jenuh kembali yg ujungnya mata air akan kering. Atau, dengan turunnya level air tertampung di lubang tambang yg lebih rendah (sangat rendah) akan membuat aliran air bawah tanah terputus dan hanya mengalir ke lapisan yg sangat rendah dan bisa saja keluar sebagai mata aie di laut. Mata air yg ada di selurh Sumba seperti waikabubak, lapale, kabukarudi, wekeli sawah karuni dan beberapa tempat akan kerung. Dalam waktu lama pulau Sumba akan beeubah menjadi gurun.

  "Pertanyaannya: kalau anda haus hampir matin kekeringan air tunuh dan di hadapan anda ada segelas air dan 1 kg emas. Manakah yg anda pilih? Kalau anda masih memilih emas, TER.. LA ... LU...!!!!

  "Salam tolak Tambang......!!!


Penulis: KEBAMOTO (Dosen Pakar Fisika UI).


  "Sumber: http://indo.jatam.org/saung-berita 28 January 2013.
(Bihis)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar